Angga Dito Fauzi
Departemen Fisika Universitas Airlangga selalu punya cara mendukung program-program universitas. Setelah memiliki aktivitas-aktivitas rill kolaborasi dengan peneliti dunia, juga memiliki program pengabdian masyarakat internasional, sekarang Departemen Fisika menginternasionalisasikan dua mata kuliah di Prodi S-1 Fisika.
Program utama UNAIR sekarang tentu saja mempertahankan reputasi sebagai universitas ranking 369 dunia menurut QS. Ranking QS ini, meskipun mungkin bisa diperbedatkan, tidak ayal lagi merangkum sejumlah fakta yang tak terbantah. Rangkuman fakta itu adalah bahwa UNAIR memiliki proses perkuliahan yang mumpuni. UNAIR memiliki banyak kelas-kelas internasional, tetapi jumlahnya sekarang tentu tidak cukup untuk mempertahankan ranking 369. Di sinilah Departemen Fisika berpartisipasi, yaitu menginternasionalisasikan dua mata kuliah di Prodi S-1 Fisika.
Salah satu program UNAIR adalah AGE Joint Class. Program yang dikoordinasi oleh Airlangga Global Engagement–di bawah pimpinan Dr. Iman Harymawan–ini mengkatalis program-program studi di UNAIR untuk menyelenggarakan kelas bersama dengan partner dari universitas di luar negeri. Departemen Fisika mengajukan usulan tidak hanya sekadar kelas bersama, tetapi malah menjadi tuan rumah kelas bersama dari tiga universitas: Universiti Tekonologi Malaysia (UTM, ranking 191 dunia, 38 Asia) dan Institut Teknologi Sumatera (Itera, Lampung). Jika kolaborasi dengan UTM untuk internasionalisasi, kolaborasi dengan ITERA adalah bagian dari usaha Departemen Fisika menyukseskan program pemerintah Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Departemen Fisika memanfaatkan kepakaran seorang staf mereka di bidang komputasi berbasis mekanika kuantum untuk menyelenggarakan AGE Joint Class ini, Dr. Febdian Rusydi. Mereka membuka dua kelas untuk menjadi tuan rumah kuliah para mahasiswa dari UTM dan ITERA. Kedua kelas tersebut adalah Mekanika-kuantum Benda-banyak (2 sks) dan Komputasi Material (3 sks). Kedua kelas tersebut adalah kuliah pilihan dari Grup Riset Fisika Teoretis, salah satu kelompok bidang keahlian di Departemen Fisika. Jumlah mahasiswa yang terdaftar adalah 15 orang, tujuh dari Unair, dua dari ITERA, lima dari UTM, dan satu dari BRAC Bangladesh. Sebagai tuan rumah, Departemen Fisika memberi fasilitas untuk para peserta berupa akses ke piranti Gaussian 16 dan ke komputer klaster milik Research Center Quantum Engineering.
Pertemuan pertama kuliah tersebut dilakukan pada hari Minggu, 11 September 2022, pukul 9:00 WIB. Pertemuan ini memang tertunda karena perbedaan kalender akademik antara UNAIR, ITERA, dan UTM. Perkuliahan resmi memang baru dimulai, tetapi para peserta telah mulai belajar mandiri berkat lewat situs E-learning UNAIR.
Dr. Wun F. Mark-Lee, dosen tamu dari UTM, mengatakan dalam sesi diskusi bahwa beliau mengharapkan para mahasiswa dari UTM dapat mengikuti program-program internasional yang diselenggarakan AGE. Dr. Mark menyadari bahwa bidang komputasi kimia berbasis mekanika kuantum sangat penting dalam eksperimen tetapi belum banyak pakar di bidang ini.
Dr. Vera Khoirunisa, dosen tamu dari ITERA yang juga alumni Prodi S-1 Fisika UNAIR, menyiapkan mahasiswanya untuk datang ke Unair secara fisik. Beliau mengharapkan ada program-program beasiswa dari UNAIR untuk membantu mahasiswa-mahasiswa dari ITERA yang ingin belajar di UNAIR.
Dr. Herri Trilaksana, Ketua Departemen Fisika yang pada saat bersamaan sedang memimpin Pengabdian Masyarakat ke Kabupaten Trenggalek, bersyukur Prodi S-1 Fisika mendapatkan hibah AGE Joint Class ini. Program ini membantu Departemen Fisika untuk branding Prodi S-1 Fisika. Beliau berencana untuk menginternasionalisasikan mata kuliah-mata kuliah lain karena jelas sangat bermanfaat juga untuk mahasiswa Prodi S-1 Fisika sendiri.